Saya dan Covid-19

 

(Designed by GarryKillian / Freepik)

Kita tinggal menghitung hari, dan 2020 akan berganti jadi 2021. Lazimnya akhir tahun, eufaria liburan menggema di mana-mana. Biasanya, tempat-tempat wisata berlomba-lomba menawarkan promo menarik untuk menarik minat wisatawan. Hiburan disiapkan dimana-mana agar masyarakat bersuka ria bersama merayakan pergantian tahun. Para pekerja mulai mengajukan cuti supaya bisa berkumpul dengan keluarga tercinta. Diskon-diskon perjalanan pun mulai bertebaran di aplikasi-aplikasi macam traveloka dan kawan-kawannya. Namun, tahun ini berbeda karena covid-19.

Covid-19 membuyarkan kenormalan kita sejak 2020 mulai berjalan. Virus yang bisa menyebar dan menular dengan lumayan cepat ini membuat kita membatasi interaksi dengan dunia luar selama berbulan-bulan. Gejalanya yang hampir mirip dengan flu biasa membuat kita jadi kebingungan, mana yang flu mana yang covid-19. Walhasil, tes macam rapid dan swab jadi metode buat mengetahui keberadaannya di tubuh kita. Sekali tertular, kita diwajibkan minimal isolasi diri atau dirawat di rumah sakit untuk yang bergejala cukup serius. Tidak sedikit orang yang harus meninggal gara-gara virus ini. Tenaga kesehatan pun dibuat kalang kabut menangani virus ini.

Virus ini membuat akhir tahun kita jadi tidak sebebas tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya. Beragam aturan dan batasan telas dirilis pemerintah guna menekan penyebaran virus ini. Di Jakarta, contohnya, Gubernur telah mewajibkan hasil rapi test antigen negatif bagi siapapun yang keluar masuk wilayah Jakarta, dan membatasi jam operasional perkatoran hingga pusat perbelanjaan. Maklum, tren penambahan kasus positif covid-19 sampai sekarang belum menunjukkan adanya kabar baik. Tiap hari kita disuguhkan angka ribuan kasus positif yang bertambah di seluruh Indonesia. Sehingga potensi mobilitas manusia yang tinggi di akhir tahun dikhawatirkan akan semakin memperparah kasus covid-19 di Indonesia.

Aku, sebagai orang yang bekerja di Jakarta, salah satu kota dengan kasus covid-19 terbanyak, kebetulan pernah dihinggapi covid-19. Empat minggu lamanya aku harus isolasi mandiri di kost hingga akhirnya dinyatakan negatif covid-19. 

Awal Mula

Sekitar awal bulan september lalu, aku terserang batuk. Mulanya batuk ini biasa saja dan sangat jarang muncul. Namun, lama-kelamaan batuk semakin parah dan sering muncul tanpa sebab. Aku belum khawatir kena covid-19. Gejala lain seperti demam, diare, atau kehilangan indera penciuman-perasa tidak hinggap sama sekali waktu itu. Jadi aku anggap ini batuk biasa, karena flu atau kecapekan saja. 

Aku mulai khawatir saat tes rapid rutin di kantorku menunjukkan hasil yang ambigu. Garis merah pada alat tes yang biasanya tidak ada sama sekali (untuk hasil non-reaktif) atau terlihat jelas (untuk hasil reaktif) tidak ditemukan pada punyaku. Hasil rapidku menunjukkan garis merah yang samar-samar. Dokter tidak bisa memutuskan apakah aku sedang terkena covid-19, mulai terkena, atau malah pada fase penyembuhan. Akhirnya dokter memberi pilihan untuk tes lagi 7 hari berikutnya atau sekalian swab PCR. Aku yang masih tidak mau percaya, memilih melakukan tes rapid 7 hari lagi. 

Orang tua kukabari hasil tesku waktu itu karena memang aku ada rencana pulang. Aku batalkan kepulanganku, khawatir kalau ternyata aku betul terkena covid-19 dan bisa menular ke orang tua di rumah. Orang tuaku juga masih tidak percaya dan memilih menganggap kondisiku ini hanya kecapekan biasa. Aku pun mencoba setuju dengan itu. 

Seminggu kemudian aku kembali melakukan tes rapid. Batuk yang tak kunjung mereda, semakin membuatku khawatir. Kekhawatiran ini sampai menyebabkan suhu tubuhku naik sampai angka 37,8o Celcius. Tekanan darah juga ikut-ikutan naik. Perawat dan dokter pun curiga dengan beberapa gejala yang aku alami. Akhirnya, hasil rapid menunjukkan aku reaktif.

Kantor langsung aku kabari tentang kondisiku ini. Langsung kantor merujuk untuk swab test ke RS Universitas Indonesia. Bukan hanya kau yang di test, tapi rekan-rekan kerja disatu unitku dan teman kostku juga ikutan di test swab PCR. Saat itu, aku khawatir ada rekan-rekan yang tertular jika benar-benar aku positif. 

Isolasi Mandiri

Hasil swab PCR baru keluar 3 hari setelah test. Aku dan satu teman kostku dinyatakan positif covid-19. Entah aku tertular dari mana dan siapa, itu sudah tidak penting lagi. Aku jelas kaget saat mengetahui hasil positif covid-19. Orang tua langsung aku kabari. Sama sepertiku, orang tua juga kaget mendengar kabar aku positif covid-19. Tidak ada pilihan lain, aku harus isolasi mandiri. 

Teman satu kostku ada juga yang positif, tapi syukur rekan kerjaku semua negatif. Hasil swab ku laporkan ke kantor. Kantor menyuruhku untuk istirahat, isolasi mandiri, dan fokus ke penyembuhan. Bos ku juga memberi semangat via telepon. Beliau membebaskanku sementara dari tugas agar aku bisa fokus menyembuhkan diri. Rekan-rekan yang tahu kabar aku positif juga memberi semangat. Mereka berpesan agar jangan terlalu stres agar imun tubuh bisa terus baik. 

Aku berusaha menguatkan diri. Membuat rencana kegiatan tiap harinya. Dan tidak lupa membuat janji konsultasi dengan dokter. Syukurlah RS UI ada fasilitas konsultasi online via google meet. Aku terbantu fasilitas tersebut. Aku jadi gak harus ke RS untuk memeriksakan kondisiku. Sehingga interaksi dengan orang lain bisa tetap kubatasi. Obat-obatan dikirimkan via jasa pengiriman online. Ada sekitar 8 jenis obat-obatan yang harus ku minum 3 kali sehari, termasuk vitamin-vitamin.

Atas saran rekan kerjaku, tiap hari aku mengkonsumsi wedang jahe hangat. Sekitar 3 gelas rata-rata yang kukonsumsi tiap hari. Dan tak lupa madu serta susu juga ku konsumsi. Makananpun harus ku jaga, setidaknya aku tambahkan sayur dan buah. Makan 3 kali sehari jadi rutinitas. Ini yang agak sulit, karena jadwal makanku lebih sering kacau. Bisa 2 kali, bisa 3 kali sehari. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus sedikit memaksa diriku memperbaiki pola makan menjadi lebih sehat lagi. Seperti saran dokter tentunya.

Hal yang jadi masalah adalah kacaunya jam tidurku. Hal ini disebabkan oleh kondisi dimana aku selalu sulit tidur setiap malamnya. Beberapa hal mungkin bisa jadi musabab kesulitan tidurku ini. Salah satu yang paling mencolok adalah kondisiku yang selalu tidak tenang. Batuk dan dada yang sedikit terasa sesak membuatku tidak tenang tiap waktunya, khusunya saat tidur. Posisi telentang membuat rasa sesak semakin parah, dan endingnya adalah batuk. Posisi miring pun juga kadang masih sedikit kerasa. Hal ini yang membuatku sangat tidak nyaman, yang akhirnya membuat aku sulit tidur. Kondisi ini terus bertahan dan membuat jam tidurku kacau. Aku sering bisa terlelap lewat tengah malam dan terbangun lebih siang dari biasanya. 

Rasa sesak dan batukku ini yang akhirnya membuatku untuk memeriksakan kondisi dadaku lewat rontgen thorax. Sebenarnya sejak awal dokter sudah menyarankan untuk melakukan rontgen. Namun, aku masih kurang semangat untuk keluar kamar dan berinteraksi dengan dunia luar. Singkat cerita, hasil rontgen menyatakan bahwa dadaku baik-baik saja. Selain itu saturasi oksigenku juga bagus, diatas angka 90. Aku jadi lebih lega melihat hasil seperti itu. 

Dua minggu isolasi mandiri, saatnya swab test lagi. Aku berharap sudah negatif kali ini. Setelah upaya yang kulakukan, jelas aku sangat ingin sembuh. Di tambah lagi sudah 2 minggu aku tidak bekerja. Banyak tanggungan yang harus ku selesaikan. Tapi nyatanya batuk dan rasa sesak masih saja ada, kadang berkurang tapi kadang muncul. Dan benar saja, hasil swab menunjukkan aku masih positif covid-19. 

Isolasi mandiri harus ku teruskan untuk 2 minggu kedepan. Orang tua, dan rekan kerja di kantor aku kabari soal ini. Ada rasa kecewa sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Nyatanya aku masih mengidap covid-19 dan harus memperpanjang isolasi mandiriku. Namun kali ini, dokter yang memeriksaku menyatakan bahwa kondisiku bagus dan cenderung membaik. Aku masuk kategori gejala ringan dan dengan pola hidup sehat serta nutrisi cukup insyaalah akan segera sembuh.

Semangat mulai tumbuh. Vitamin, buah, sayur ku perbanyak. Tak lupa jahe dan madu tiap hari ku konsumsi. Sesekali olah raga kecil juga, dan berjemur sebentar di luar. Karena kondisi yang mulai membaik, aku sedikit-sedikit mulai bekerja kembali. Walau dari kost, pekerjaan masih bisa kulakukan sebisaku tentunya. Harapan besarku, semoga tes swab selanjutnya aku sudah negatif covid-19.

Singkat cerita, dua minggu fase kedua isolasi mandiri berlalu. Saatnya test swab kembali. Aku sengaja memilih supaya hasil test bisa keluar lebih cepat agar aku segera bisa mengetahui hasilnya. Batuk dan rasa sesak masih sesekali terasa. Namun kali ini sudah lumayan membaik dari beberapa minggu sebelumnya. Batuk dan sesakku membaik sangat pesat setalah aku mengkonsumsi obat herbal dengan merk Lianhua Qingwen. Obat herbal ini rekomendasi rekan kerjaku, dan konon kabarnya banyak orang yang mengatakan obat tersebut bisa mempercepat penyembuhan covid-19.

Test swab sudah selesai, dan hasilnya keluar esok harinya. Aku masih saja deg-degan saat email dari RS UI masuk dengan label hasil swab pcr. Pelan-pelan ku buka email dan dokumen pdf yang jadi lampiran email tersebut. Akhirnya, Alhamdulillah, setelah 4 minggu isolasi mandiri dan 3 kali swab PCR, aku dinyatakan negatif covid-19. 

Akhir Kata

Saat ini, sudah hampir 2 bulan sejak hasil negatif covid-19 aku dapatkan. Sudah 3 kali aku melakukan test swab antigen dengan hasil yang alhamdulillah negatif. Walau terkadang batuk datang, namun kondisiku telah sehat kembali. Aku telah kembali beraktifitas seperti sebelum terkena covid-19.

Terkena covid-19 memberiku banyak pelajaran. Salah satunya adalah senantiasa berperilaku hidup sehat. Khususnya menerapkan protokol kesehatan setiap kali beraktifitas di luar rumah, atau harus berinteraksi dengan orang banyak. Memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun atau dengan hand sanitizer juga menjaga jarak harus kulakukan lebih disiplin lagi. Dengan disiplin melakukan protokol kesehatan di masa pandemi covid-19 ini, sangat membantu kita untuk lebih terhindar dari covid-19.

Semoga kita semua beserta keluarga senantiasa sehat selalu. Dan semoga pandemi covid-19 ini bisa segera berakhir.


Komentar

  1. Sports Toto 100: Best Odds Guaranteed | Sporting 100
    Sporting 100 has the Best Odds Guaranteed. At Sporting 토토사이트 100, you can bet on every one of the world's most popular competitions with odds guaranteed on

    BalasHapus

Posting Komentar